Thursday 19 May 2016

TANTE YANG MERASA KESEPIAN

PERTOLONGAN KU MEMBUAHKAN HASIL SEKS



Tinggal di komplek perumahan memang banyak meninggalkan cerita. Gossip, polemik rumah tangga, persaingan keluarga dan masih banyak lainnya. Seperti yang terjadi pada tetanggaku ini. Sebut saja keluarga Hendra. Sebuah keluarga cukup berada di lingkunganku. Pak Hendra adalah pengusaha yang terbilang sukses, punya usaha Cargo yang cukup dikenal dalam urusan export import.


Hanya saja seiring dengan perkembangan usahanya pak Hendra harus sering meninggalkan keluarganya karena berbagai urusan usahanya termasuk entertain client nya, atau juga entertain para pejabat untuk memuluskan berbagai perijinan. Saking seringnya urusan “keluar” (sengaja dikasi tanda petik untuk memberi konotasi seperti yang kita pahami) tersiar juga kabar kalau pak Hendra memiliki simpanan diluar sana. Kondisi ini tentu saja tidak menyenangkan bagi bu Santi, istri pak Hendra.

Maklum di komplek perumahan begini, berita cepat menyebar bak gosip selebrity. Sebagai tetangga aku juga prihatin dengan keadaan keluarga bu Santi. Entah apa yang kurang dari diri bu Santi ini sehingga tega teganya pak hendra memiliki wanita lain.
Perlu aku jelaskan bu Santi ini orangnya cantik, putih, tinggi dengan bentuk tubuh yang bagiku sempurna, bagaimana tidak, dengan kulit bersih yang selalu terawat dan belahan dada yang menantang (entah disengaja atau tidak, bu Santi sering memamerkan belahan dadanya dengan mengenakan baju yang berleher rendah) dan yang bagiku sangat menarik adalah bentuk pantatnya yang bulat dan agak tinggi kayak pantat bebek.

Hanya saja dia memang agak tertutup dan kurang bergaul di lingkungan kami. Karena rumah ku berhadapan dengan rumah pak hendra hanya dibatasi jalan komplek aku jadi sering tahu apa yang terjadi di dalam rumah tersebut. Terlebih lagi rumahku tidak punya tembok pembatas seperti rumah lainnya, maklumlah bujangan yang baru saja beli rumah itupun cicilan jadi belum bisa bikin pagar. Sering kali aku lihat pertengkaran dirumah itu yang akhirnya berujung dengan perginya pak hendra naik Honda CRV-nya kemudian disusul dengan munculnya bu Santi menutup pagar dengan mata sembab.

Hal ini tidak lepas dari pengamatanku (kayak pengamat militer) dan sering pula tanpa sengaja aku bertemu pandang dengan bu Santi. Biasanya bu Santi memaksakan tersenyum kearahku dan akupun membalas dengan senyuman…. Berawal dari sinilah pada suatu hari aku memberanikan diri bertanya pada bu Santi meskipun aku dapat menerka apa yang telah terjadi. Mulanya dia mengelak untuk bercerita tapi setelah aku janjikan aku bisa menjaga rahasia dan mungkin bisa menolong bu Santi mempersilahkan aku untuk datang kerumahnya.


Rumah besar dengan perabotan lengkap ternyata menyimpan kesedihan bagi bu Santi. Bu Santi punya seorang putri kelas 2 SD, seorang pembantu setengah baya yang sering kupanggil bibik juga tinggal disana. Persis seperti yang di gunjingkan orang, bu Santi cerita kalo suaminya sekarang jarang dirumah, seringkali pulang pagi dan juga beberapa kali tidak pulang 1 sampai 2 hari. Belum lagi jika pak hendra harus pergi ke kota lain otomatis bu Santi ditinggal untuk beberapa hari tanpa berita. Bu Santi yakin suaminya punya WIL, tapi dia nggak tahu siapa orang ke tiga tersebut. Dia ingin sekali untuk mengetahui siapa adanya orang ketiga tersebut itu sebabnya dia menawarkan kerjasama agar aku mencari tahu kegiatan suaminya termasuk mencari tahu identitas WIL nya pak hendra.

Singkat cerita akupun menyanggupi karena aku merasa kasihan dengan keadaan bu Santi, tapi bukan itu saja, bu Santi menjejali kantongku dengan sejumlah uang dan sebuah HP kamera sebagai alat mata-mataku. Kedekatanku dengan bu Santi semakin bertambah karena aku harus memberikan laporan padanya. Tidak susah mencari bukti perselingkuhan pak hendra, seminggu setelah menerima tugas dari bu Santi, aku mendapati pak hendra sedang menggandeng wanita muda di sebuah rumah makan dekat kantornya, wanita ini mungkin kalah cantik dibanding bu Santi, hanya saja lebih muda dan sexy. aku membuntuti pak hendra sehabis makan malam itu sampai ke sebuah rumah dimana dia mengantar wanita tersebut.

Bukan itu saja pak hendra rupanya “lembur” di rumah tersebut dan baru pulang sekitar jam 12 an. Selang 2 hari kemudian kejadian yang sama terjadi lagi dan pak hendra “lembur” lagi….. setelah yakin dengan pengamatanku dan tentu saja dengan bukti bukti otentik foto dari hp kamera yang di bekali bu Santi, akupun siap menghadap dan memberi laporan pas pak hendra tidak dirumah. Diluar dugaanku bu Santi tidak syok sama sekali, mungkin karena dia sudah menduga isi laporanku. Dengan tenang dia memintaku untuk mengantarkan ke rumah wanita yang aku maksudkan.
Dengan naik mobil Picanto nya bu Santi kami berangkat sore hari berharap wanita itu sudah dirumah. Tiba disana aku tidak melihat tanda tanda mobil pak hendra tapi aku yakin ada orang dirumah. Bu Santi memutuskan masuk meskipun aku larang, tapi rupanya dia sudah siap mental. Aku menunggu didalam mobil agak jaur dari rumah tersebut khawatir kalau kalo pak hendra datang.

Selang 15 menit telponku berbunyi, bu Santi minta aku menjemputnya. Dalam perjalanan pulang bu Santi tidak banyak bicara hanya saja dia memintaku untuk mengarah ke pantai. Kami berhenti di pantai dan disitulah bu Santi menangis. Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku biarkan saja bu Santi menangis di dadaku, aku tidak bisa bicara (gak tahu harus bilang apa) hanya mencoba menenangkan bu Santi dengan mengelus elus punggungnya.


“De, (panggilanku Dode) cantik mana aku dengan perempuan tadi?” tiba tiba bu Santi bertanya Aku sedikit kaget, tapi segera menjawab
“cantik bu Santi lah, bukan Cuma menghibur tapi kenyataannya begitu” jawabku
“tapi kenapa bapak mengencani perempuan itu?” tanyanya lagi.
Aku mengerti arah pembicaraan bu Santi, rupanya dia tidak habis pikir kenapa suaminya mengencani wanita yang notabene tidak lebih cantik dari dirinya.
“mungkin sudah sifatnya lelaki bu”
“maksudmu?” bu Santi mengejar dengan pertanyaan.
“yaaah… biasa barang baru, lebih muda, atau servisnya kali bu” aku menjawab sekenanya takut membuat bu Santi tersinggung. “maksudmu aku sudah tidak menarik lagi?”
“bukan begitu, bu Santi masih sangat menarik kok, cantik juga sexy, setidaknya menurut pandangan saya begitu, mungkin karena bapak tertarik barang baru aja bu” Bu Santi menarik nafas, entah apa yang berkecamuk dalam hatinya.
Kami terdiam beberapa lama.

“De… kamu masih mau bantu saya?” akhirnya dia buka suara
“Tentu bu, dengan senang hati saya akan bantu sebisa saya”
“kamu bilang aku masih menarik, apa aku cukup menarik buat kamu?” suara sendu itu bagaikan guntur ditelingaku, terus terang aku memang mengagumi wanita ini bahkan tak jarang pula membayangkan dapat bercinta dengannya.

Tapi mendengar pertanyaanya ini aku kikuk sendiri, tanganku gemetaran, otakku berfikir mungkin ini saatnya aku dapat mewujudkan bayanganku selama ini, tapi aku takut salah mengartikan kata katanya, aku tidak berani gegabah.
“maksud bu Santi?” “tolong jangan panggil aku ibu, aku merasa tua, panggil saja namaku kecuali dirumah tentunya”
“ooh itu… kalau Cuma itu tentu saya bisa lakukan” jawabku pura pura bloon.
Kulihat bu Santi tersenyum kecil.

“bukan Cuma itu De, kalau aku cukup menarik buat kamu, tentunya kamu mau dong sama aku” eehh… saya tentu saja mau, tapi takutnya Santi bakal menyesal.
Saya tahu bu Santi lagi guncang, saya tidak mau ambil kesempatan dalam keadaan seperti ini” aku mencoba bijaksana


“bukan kali ini saja aku sakit hati De, kamu tahu sendiri…. Aku sudah lelah sakit hati sendiri. Aku tidak mau memikirkan ini lagi, yang ingin kulakukan sekarang adalah sedikit melupakan. Aku lelah jadi istri setia, kalau suamiku bisa melakukan itu kenapa aku tidak? Paling tidak aku masih bisa menikmati hidup khan?” Santi mengeluarkan segenap perasaannya.
“yakin kamu mau melakukan ini? Tanyaku lagi. Dan Santi hanya menyunggingkan senyum pertanda mengiyakan, akupun memeluknya dengan erat dan memberikan kecupan mesra dibibirnya yang mungil.

Dia pun memepererat pelukannya, tampak kalau dia benar benar ingin menikmati suasana.
“kita cari tempat yang aman yuk” ajakku, yang dibalas dengan cubitan kecil di pinggangku. Aku starter mobil ke arah penginapan terdekat.
Aku pilih kamar yang cukup luas dan nyaman, kesan pertama harus menggoda. Santi duduk dipinggiran bed dengan wajah sayu. Setelah membayar sewa kamar short time kepada penjaga, aku mengunci pintu. Kudekati Santi perlahan.
“kalau nggak yakin sebaiknya jangan dipaksakan, gak apa apa kok” aku mencoba buka pembicaraan sambil berjongkok didepannya.

Aku pegang kedua tangannya dengan lembut. Aku yakin dia perlu sentuhan kelembutan saat ini. Santi menarik nafas …
“aku sangat yakin” katanya, tangan lembutnya mengusap pipiku.
“sudah lama aku ingin melakukan ini, bukan hanya karena dendam kepada suamiku de, tapi juga karena aku merasa butuh orang yang peduli padaku. Selama ini suamiku menyia-nyiakan aku, aku butuh kasih sayang de, aku butuh bercinta dengan nyaman, aku butuh kamu” katanya dengan mimik serius.
Agak kaget juga aku mendengarnya.

“aku juga sudah lama memperhatikan kamu ris, pertamanya karena kasihan dengan keadaanmu, tapi kemudian aku merasa menyayangimu” kulemparkan rayuan gombalku.

“aku tahu kamu memperhatikankan aku, itu sebabnya pilihanku jatuh pada kamu de” dia mulai mendesah aku sudah sampai dilehernya. Kunikmati bulu bulu halus ditengkuknya dengan bibirku.
Aku berpindah ke tempat tidur, duduk dibelakang Santi. Tanganku memeluk pinggangnya, sungguh pinggang yang ramping, aku tidak merasakan ada lemak disana sementara bibirku melanjutkan menelusuri leher Santi sampai ke belakang telinga, jilatan kecilku membuat Santi mendesah panjang. Tangan Santi mulai menyetir tanganku dan mengarahkannya ke buah dadanya, tidak kusia-siakan akupun meremas dengan lembut.

Aku benar benar ingin menikmatinya sepenuh hati, kembali desahan halus keluar dari bibir Santi membuatku tambah bergairah. Beberapa kali remasan cukup membuatku penasaran ingin segera menyaksikan buah dada yang selama ini hanya kulihat belahannya saja. Kubuka kancing bajunya satu persatu dibantu tangan Santi yang juga cekatan melanjutkan sampai pakaiannya terlepas, kembali remasan halus kuberikan pada buah dadanya. Terasa lebih mantap tanpa baju dan aku bisa menyaksikan belahan dada yang mulus didepanku. Tidak terlalu besar tapi menggelembung padat seperti mau lepas dari penyangga bra nya. Tanganu menyelinap ke punggung Santi hendak mencari kaitan tapi segera ditahan Santi. Malah dia membimbing tanganku kearah depan, rupanya kaitannya ada didepan.


Dia menoleh kebelakang dan tersenyum, langsung saja kulumat senyumannya yang dibalas Santi dengan cepat . tanganku langsung membuka kaitan bra-nya Santi, yang terpampang sekarang adalah pemandangan yang luar biasa, aku tertegun beberapa saat sebelum melanjutkan remasan remasanku. Kali ini bukan hanya desahan yang kudengar tapi juga gerakan tubuh Santi yang meliuk lik setiap kali tangan ku meremas.

“sayang… kamu lembut sekali…
“bisiknya “kamu suka?” tanyaku
“ya sayang aku suka sekali… perlakukan aku dengan lembut sayang”
“tentu… tubuh seindah kamu sayang untuk dikasari” ujarku sambil pindah posisi. Kali ini aku turun dari tempat tidur, kuangkat tubuh Santi keatas tempat tidur seperti menidurkan bayi, tangan Santipun melingkar dileherku.

Kali ini posisi Santi dalam keadaan telentak siap untuk disantap. Perlahan kudaratkan ciuman mulai dari keningnya, terus turun ke ujung hidung, kemudian melumat sebentar pada bibirnya, meluncur lagi turun ke leher, sapai berhenti diantara belahan payudayanya yang hangat. Kubiarkan saja payudara itu terlepas dan kupermainkan dengan jilatan bergantian kiri dan kanan, sementara tanganku bersiap melucuti celana jean yang dikenakannya.

Dengan bantuan kaki Santi yang sangat kooperatif maka terlepaslah celana itu berikut cd-nya. Aku berdiri mematung menikmati tubuh indah tanpa busana didepanku. Yang selama ini hanya terjadi didalam mimpiku kini nyata. Santi tersenyum sangat manis, tahu kalau mataku sedang menikmati pemandangan tubuh indahnya. Kulanjutkan penelusuranku kearah perut, dengan beberapa jilatan pada udelnya mulutku langsung meluncur keselangkangan Santi.

Yang terjadi kemudian adalah Santi mengangkat pinggulnya seakan hendak menyuguhi mulutku dengan memeknya. Bau kahas wanita sudah kucium bercampur dengan farfum yang dipakai Santi. Ketika lidahku mulai membelah bibir memeknya, terdengar rintihan panjang….
“De… hibur aku sayang…. Puaskan aku…. Aku ingin lepas….. “ Aku mulai menjilati bibir memek Santi, tangan satunya sibuk meremas payudara dan yang satunya membantu membuka paha Santi sehingga aku leluasa untuk menikmati memek Santi.

Sembulan kecil merah kulahap dengan nikmat diiringi deru nafas Santi yang semakin memburu. Sodokan lidahku mulai masuk ke lubang sempit memeknya beberapa kali ku ulangi antara jilatan, hisapan dan sodokan disana membuat posisi Santi jadi berubah tak karuan sprei pun sudah telepas akibat ditarik dengan hebat oleh Santi. Sampai akhirnya dia menghentikan gerakanku.


“sayang berhenti sebentar… “ katanya sambil menahan kepalaku
“kenapa?” tanyaku
“aku sudah tidak kuat, aku mau meledak”
“gak apa apa… lepaskan saja”
“gak ah… aku mau menikatinya bersama sama, kamu bahkan belum buka pakaian” katanya.
Aku baru sadar kalo aku masih berpakaian utuh sementara Santi sudah telanjang bulat. Kembali Santi duduk ditepi ranjang dan Aku pun berdiri dan membuka kancing bajuku. Rupanya Santi cukup kreatif, melihat kesibukanku membuka kancing baju dia pun berinisiatif membukakan kancing dan resleting celanaku. Baju kulempar begitu saja kelantai sementara celana kuplorotkan sampai lepas dengan kakiku. Tinggal cd-ku saja yang membungkus k0ntol ku yang sudah tegang dari tadi. Santi memegang k0ntolku dari luar cd dan perlahan meremasnya.

Tanpa menunggu perintah dia pun meloloskan k0ntolku dari cd-ku. Tampak si boy mengacung tepat kea rah mulut Santi. Dielusnya perlahan, diciumnya dari pangkal sampai keujung sampai kemudian di masukkannya kedalam mulutnya. Aku membereskan melepas cd-ku sambil menikmati hisapan lembut bibir Santi pada k0ntolku. Hanya sebentar tapi cukup membuatku merinding sampai akhirnya Santi memohon untuk pertarungan yang sebenarnya. Dia telentang pasrah di tempat tidur dan aku bersiap memasukkan k0ntolku kedalam memeknya. Dengan bantuan tangannya yang membimbing k0ntolku kuarahkan si boy ke lubang kenikmatan Santi.


“aduh sayang … pelan pelan ya… agak sakit” katanya
“ya sayang … kayaknya lubangnya kekecilan” kataku pula.
Aku tidak jadi menusukkan siboy tapi aku gesek gesekan sebentar pada bibir memeknya Santi. Akupun mencoba melumat bibir nya untuk menambah sensasi.. Santi paham benar cara menaikkan nafsu. Dia mengimbangi gesekan kepala k0ntolku.

“masukkin sayang … aku sudah siap” katanya lagi.
Dan siboy dibimbingnya masuk kelubang kenikmatannya. Perlahan tapi pasti si boy menyusup diantara kehangatan memek Santi yang telah basah. Kulihat dia menggigit bibirnya sendiri sampai kemudian dia berteriak keras ketika seluruh k0ntolku berhasil masuk ke memeknya.
“ooooh ssaaayaanng …… enakk sekali …… oooohhhhh….ssssssshhhhh genjot sayang… uuh terus” dan entah apalagi katakata yang keluar dari bibirnya.

Dia meracau dan mendesah tanpa henti dan tubuhnya pun tidak berhenti meliuk, mengangkat pinggul….. Cuma 5 menit…
“aku mau keluar … aku gak tahan… “ teriaknya
“keluarin aja sayang… nikmati harimu… lepaskan bebanmu “ aku member dorongan.
Dan yang terjadi kemudian …. Tubuh Santi bergetar, k0ntolku rasanya seperti dijepit….. dan dia mengangkat pinggulnya tinggi tinggi kemudian menghempaskannya begitu saja ke ranjang ….. tidak ada suara beberapa saat sekitar 10 detik yang kurasakan hanya denyutan denyutan pada memek Santi. Kemudian..

“aaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh……….” Desahan yang sangat panjang sambil memelukku erat.
Kubiarkan saja begitu beberapa lama sambil mengatur nafas untuk sesi berikutnya.
“terima kasih sayang, aku belum pernah merasakan yang seperti ini dari suamiku. Sekarang aku sangat yakin aku tidak menyesal melakukan ini. Aku mendapat lebih daripada apa yang bisa diberikan suamiku” celotehnya kemudian, terdengar seperti kata kata balas dendam.
“suamimu saja yang tidak bisa menikmati kamu. Kamu sangat luar biasa”pujiku pula.
Santi tersenyum.


“maaf ya aku duluan keluar, udah gak tahan banget” katanya
“gak apa apa, khan masih bias dilanjutkan”
“tentu saja… aku akan layani kamu sampai puas malam ini” Maka berlanjutlah pertarungan kami, Santi keluar untuk kedua kalinya disaat aku hampir sampai, dan itu memberiku kesempatan untuk mengatur rithme permainanku dan melanjutkan ke tahap berikutnya.

Aku menyudahi permainan ketika Santi menjerit untuk ketigakalinya, dan saat itu dorongan lahar dari k0ntolku juga tak tertahankan, akhirnya aku semburkan begitusaja dalam memek Santi. Tampaknya dia juga tidak keberatan. Kami beristirahat sambil berpelukan dengan k0ntol masih menancap.
Dalam perjalanan pulang aku menayakan prihal cara pulangku. Aku khawatir ketahuan pak hendra. tapi Santi memastikan kalo pak hendra tidak akan pulang malam itu, karena sedang pergi ke kota S menemui clientnya

0 comments:

Post a Comment